Seputar Post Polio

Sejak balita, saya sudah hidup dengan polio. Menurut cerita orang-orang, dulu saya mengalami panas yang tinggi, lalu oleh orang tua diantar berobat dan mendapat suntikan. Dari penuturan Ibu, saya sudah mendapatkan imunisasi polio, namun entah bagaimana, saya tetap bisa terkena virus tersebut. Perlu diketahui, di waktu itu saya sudah bisa berjalan dan berlari.

Mmm.. setiap mengenang masa kecil, ketika saya masih bisa berjalan dan berlari dengan lincah, tentu ketika kedua kaki saya masih sehat, saya selalu meneteskan air mata. Itu adalah kenangan paling indah di masa kanak-kanak, tetapi sekaligus membuat saya sedih.

Sebenarnya, saya tidak terlalu tahu tentang polio, namun ada rasa penasaran dan heran dengan dampak dari infeksi virus tersebut. Satu kesempatan datang ketika berobat ke dokter di desa. Saya menyempatkan diri bertanya perihal polio beserta seluk beluknya. Sebelumnya, saya tak mengira akan mendapat jawaban, yang bagi saya sungguh mengejutkan dan membuat khawatir. Beliau menjelaskan bahwa polio itu hampir sama dengan virus HIV, hanya saja tidak membawa kematian. Rasa takut, penasaran dan tidak puas dengan jawaban mendorong saya untuk mencari informasi yang lebih lengkap.


Singkat cerita, ketika berselancar di dunia maya, saya menemukan sebuah situs Yayasan Polio Internasional. Meski dengan kemampuan bahasa Inggris yang tergolong minim, saya pun memberanikan diri menulis e-mail demi mendapat kepastian apakah polio itu benar seperti HIV. Selang beberapa hari, e-mail balasan tiba dengan kabar yang cukup melegakan,
"Polio jauh berbeda dari HIV, virusnya tidak aktif, tidak ada kerusakan lebih lanjut setelah infeksi awal."
Hal mendasar dari akibat infeksi virus polio adalah hancurnya beberapa sel saraf yang berfungsi mengaktifkan otot-otot, sehingga sistem saraf merespon rangsangan dengan menggunakan sel-sel saraf yang tersisa (yang tidak terinfeksi/saraf sekunder). Akibatnya, saraf sekunder akan memiliki permintaan kebutuhan yang lebih besar dari biasanya (bekerja lebih keras).

Dalam rentang waktu tertentu, kerja sel saraf sekunder ini masih bisa bertahan, namun seiring bertambahnya usia, "kerja extra" ini bisa membuat kerusakan. Sel saraf sekunder akan mengalami kelelahan dan makin lemah jika terus dipaksakan. Akibat yang lebih serius, kelumpuhan bisa saja terjadi. Itulah yang disebut sindrom post polio. Melihat kenyataan ini, tidak heran jika penderita sindrom post polio sering mengalami "keterbatasan" dalam melakukan kegiatan, khususnya yang menggunakan kekuatan fisik.

Yang harus di perhatikan oleh penderita post polio adalah tidak memaksa otot bekerja terlalu keras. Jika sudah merasa lelah, jangan dipaksa untuk bekerja/beraktivitas. Kalau kaki sudah terasa nyeri, tegang, letih, segera beristirahatlah.

Saya, yang juga mengalami post polio, hal pertama yang bisa saya lakukan adalah mendesain ulang cara atau bagaimana saya hidup. Berikut ada beberapa tips untuk mencegah terjadinya hal yang lebih buruk akibat dari post polio, agar nantinya sampai tua Anda masih bisa beraktivitas
  1. Hindari kegiatan yang bisa menyebabkan ketegangan otot, kram, atau kelelahan
  2. Hati-hati ketika menggunakan tangan, kaki, dan punggung. Waspadai gejala kelelahan persisten, nyeri otot, atau rasa lemas setelah beraktivitas. 
  3. Gunakan perangkat khusus untuk membawa beban, pakailah alat bantu berjalan.
  4. Kurangi stress atau hindari stress. Sediakan waktu untuk rileks.
  5. Tambahan dari saya sendiri, menerima polio ini, optimis dengan segala tantangan yang ada. Penyakit ini memang membatasi "ini itu", namun jangan menyerah. Kalau "ini itu" tidak bisa, kita masih bisa berusaha "sana sini" ^_^.  Hehe, intinya, selalu ada jalan dan cara menyiasatinya.


Yakinlah ini bukan takdir yang menutup semua pintu kebahagian atau menutup jalan untuk sukses. Ketidakmampuan menuju bahagia atau sukses bukan karena polio, tapi karena pikiran/cara berpikir dalam menanggapi keadaan. Semangatlah!!



Komentar

  1. Mau menerima diri sendiri, itu sama artinya bersyukur kepada-Nya. Tetap semangat non :) eh sekarang udah gak non ya....

    BalasHapus
  2. Hehee iya mas, Sip! d^_^b

    BalasHapus
  3. thanks mba Evi atas sharingnya....saat ini pun saya terkena PPS...tp tetap semangat ya mba...:)

    BalasHapus
  4. salut sama mbak Evi.......percaya diri adalah kunci utama mbak,
    salam kenal ya mbak evi.....

    BalasHapus
  5. Wah Marvin terlalu memuji hehehe, iya terima kasih untuk semangatnya

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pivot Tabel Postgres

Numbers to Words Bahasa Indonesia dengan PHP