Nyaman Dalam Keterbatasan


Kebanyakan dari kita pasti sudah pernah mendengar, "Cintai dirimu terlebih dahulu, sebelum mencintai orang lain." Kata-kata ini juga sering aku dengar sebagai nasehat bijak, yang mendorong orang untuk lebih peduli pada diri mereka.

Sering aku berpikir apakah kata-kata itu bisa diartikan, sebagai "persiapan": latihan mencintai diri sendiri dulu, baru kalau sudah fasih bisa mencintai orang lain.

Dalam prakteknya mencintai diri sendiri itu juga penuh perjuangan, saat diperhadapkan oleh opini publik tentang standar kecantikan, kegantengan, kekayaan, yang tidak balance dengan yang dimiliki, fakta itu menjadi tembok untuk "love my self" apa adanya. Sebenernya tersiksa sekali saat terpacu untuk mencapai level standar yang dibuat oleh masyarakat pada umumnya, jatuhnya nanti malah strees, iri berkepanjangan, menyalahkan keadaan, dan benci dengan diri sendiri.


Trus gimana dong kalau nggak bisa mengikuti opini publik, dan seolah sudah mentok dengan berbagai usaha. Mau Bunuh diri, operasi plastik kalau punya duit, pindah ke hutan, atau cari gua yang masih perawan dan tinggal disana seumur hidup..? Kayanya enggak semua deh...

Melalui pengalaman hidup dan baca-baca buku, belajar mencintai diri sendiri itu nggak serem-serem juga. Sekedar berbagi lewat pengalamanku, aku punya sifat yang keras, dan tidak tedeng aling-aling, selain itu emosiku sering merusak keadaan. Sebenarnya aku juga tidak menyukainya. namun belajar dari banyak kejadian yang tidak enak, di tambah nasehat dari teman-teman dekat aku mencoba menjadi pribadi yang lebih enak. Sedikit demi sedikit aku belajar mengontrol emosiku, memang prosesnya tidak gampang tapi aku tidak menyerah, gagal coba lagi..lagi dan lagi.

Ada juga pengalaman yang berhubungan dengan maslah fisik. Aku sangat tidak percaya diri dengan bentuk kakiku yang aneh, cara jalanku yang nggak cantik, ditambah kesulitan-kesulitan yang harus aku hadapi antara lain: susah cari sepatu yang nyaman, cari baju yang pas juga ribet, "jadi pusat perhatian kalau lagi jalan" pandangan mata mereka itu nyebelin banget! Terkadang saking jengkelnya kaki polioku aku pukuli sampai aku kesakitan sendiri. Rasanya sebel banget sampai bepikir ini adalah kutukan hidupku, dan aku nggak akan hepi. Kemarahan dan pikiran negatif tentang kaki polioku tidak membantuku merasa lebih baik. Sampai suatu saat aku sadar bahwa aku harus berubah, aku harus bahagia dengan apa adanya diriku, kalau keadaan tidak bisa berubah maka yang harus berubah adalah cara menyikapinya.

Mulai saat itu, aku tidak lagi memukuli kakiku, tidak lagi memaksanya bekerja terlalu keras. Selain menjaga kaki kecilku, aku juga menjaga tubuhku mulai dari olah raga ringan, makan teratur, dan minum air mineral sesuai kebutuhan. Kadang kala jika tidak malas aku juga merawat kulit dengan lulur dan lotion setelah mandi. Tidak peduli dengan tanggapan orang lagi terhadap bentuk tubuh dan cara jalanku, tetapi lebih fokus untuk memeliharanya meski bentuknya aneh tapi sehat buatku itu adalah kepuasan.

Sesuatu yang tidak indah, jika dirawat tidak merusak mata yang melihatnya :)
"Cara berjalanku memang tidak indah,
Bentuk kakiku juga aneh,
Namun bukan menjadi alasan untuk tidak merawatnya.
Belajar mencintai mulai dengan menjaga dan memeliharanya
Ku jaga kulitnya supaya sehat dan lembut
Ku jaga kesehatanya dengan tidak memberi beban berlebihan
Inilah caraku membuat nyaman dalam keterbatasan"

Komentar

  1. thanks udah berbagi

    BalasHapus
  2. menerima diri kita sendiri apa adanya...dgn demikian org lain pun dpt menerima diri kita apa adanya....itu yg sering saya tanamkan ke diri saya sendiri....:)

    BalasHapus
  3. @le: you're welcome :)
    @Irna Dhiana: Yup bener banget, proses menerima diri apa adanya bukan proses yang gampang kalau lingkungan nggak mendukung. Jadi kitanya harus punya semangat yang nggak mudah mlempem hehehee... ^_^b

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pivot Tabel Postgres

Numbers to Words Bahasa Indonesia dengan PHP